Selasa, 21 Juli 2015

Hangatnya Malam Bersama Hik Yang Nikmat

Kehadiran hik, kependekan dari hidangan istimewa kampung, mewarnai lereng Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar. Keramaian dalam gerobak hik berlanjut sampai dini hari menghangatkan malam dengan tegukan wedang dan kudapan khas pedesaan pada bar ala kampung itu.

Serupa juga bar, hik di senangi dikarenakan menghadirkan aneka minuman yang menghangatkan tubuh. Namun, jangan cari minuman beralkohol di sini. Minuman di sini terbuat dari racikan herbal, seperti jahe, kencur, serta secang. Warung hik sesungguhnya dominan ditemui pada sudut-sudut kota dalam Jawa Tengah, salah satunya yang sayang dilewatkan yaitu Hick Gaul Pak Mul.

Warung Hick Gaul Pak Mul terletak pada Jalan Lawu Karanganyar, selingkungan 30 kilometer dari Kota Solo, Jawa Tengah. Buka dari pukul 17.00, antrean panjang telah kelihatan sesaat sebelum gerobak hik dibuka. Pengunjung mesti menunggu sampai nasi usai dimasak. Sembari menunggu nasi dengan lauknya siap dihidangkan, merekapun mengganjal perut serta aneka penganan.

Meski mengubah diri dengan nama hick alias hidangan istimewa cah Karanganyar, ciri-ciri hik tradisional tetap kental dipertahankan. Dalam saat-saat lampau, pedagang hik berkeliling kampung menjajakan wedang hangat dan beragam camilan. Awalnya, penjual yang seluruhnya laki-laki itu memikul dagangan menyusuri jalanan pedesaan. Sembari berjualan mereka meneriakkan jawab,”hik...!”

Seorang pikulan hik berisi dandang air panas yang dijaga supaya selalu bertensi tinggi. Pikulan lain sesak tetapi jajanan, seperti aneka gorengan, pisang rebus, kelepon, atau sate telur puyuh. Penjajanya berkeliling serta penerangan lampu teplok.

Dari pikulan, hik lalu dijajakan juga gerobak dorong sebelum lalu makin sangat banyak mangkal dalam lokasi tertentu. Seandainya wong Solo juga sekitarnya mengenai istilah hik, warga Yogyakarta juga Klaten menjuluki konsep ”bar” jalanan ini merupakan angkringan. Satu suatu yang sejenis, hik maupun angkringan menjajakan kesederhanaan makanan pedesaan yang murah.

Hick Gaul Pak Mul saat ini menentukan berjualan dan gerobak yang hanya berfungsi merupakan simbol hik. Meskikendati memiliki roda, gerobak kayu ini sekedar mangkal dalam tepi alternatif. Kudapan yang tidak muat dalam gerobak lantas ditata di meja panjang. Demi melayani konsumen yang terus membeludak setelah pukul 01.00, Hick Gaul itu mempekerjakan sesudah 15 karyawan.

Pengunjung yang bukan tertampung pada bangku panjang selingkungan gerobak lantas duduk lesehan pada trotoar yang ditutup terpal plastik. Dikarenakan mangkal pada depan rumah pemiliknya, teras rumah juga diubah menjadi tempat lesehan. Setiap hari, rata-rata 200 orang memakai santapan ala Hick Gaul Pak Mul. Dalam akhir pekan dengan hari libur, jumlah pengunjung bisa membeludak makin dari 500 orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar